Kepada
Yth,1. Pengurus Badan Pengembangan dan Pemeliharaan Makam-
Tugu Raja Silahisabungan
2.
Pengurus Punguan si-8 Turpuk di Jabodetabek
3.
Pengurus Punguan Silahisabuangan diluat-luat
4.
Pengurus Punguan Sihaloho Raja dohot
Boru diluat-luat
5. Ketua
marga Matanari Bpk M.Djos Matanari di Sumbul
6. Bpk
Pdt.Abednego Padang Batanghari di Sidikalang
7.
Sdr.Drs.Ulbert Silalahi, MA di Bandung
Tembusan: Pemuka Suku
Pakpak di Dairi, Pakpak Bharat dan Jabodetabek
Perihal :
Masih Adakah Embrio Kembalikan Semangat Kekeluargaan
Warga Raja Silahisabungan ?
Tabe
dibagasan dame dohot na horas ma hita saluhutna!.
Gelora semangat dan luapan kegembiraan pomparan Raja Silahisabungan dari
tahun 1967-1968 dalam pelaksanaan Musyawarah Besar Pertama dan Kedua di
Silalahi Nabolak dengan keputusan mendirikan Tugu megah Raja Silahisabungan di
Silalahi Nabolak dan duplikat Tugu di Tambunan Balige serta keputusan mengenai
Tarombo Raja Silahisabungan dengan isterinya serta kedelapan anak dengan
isterinya. Duplikat Tugu Raja
Silahisabungan di Tambunan Balige hingga saat ini tidak kunjung didirikan dan
Tarombo yang disepakati menyisakan masalah bagi keturunan anak bungsu si Raja
Tambun dan keturunan anak sulung Loho Raja hingga saat ini. Kemudian diikuti peletakan batu pertama
pembangunan Tugu tahun 1969 dan puncaknya pada tahun 1981 acara peresmuian Tugu
Opu Raja Silahisabungan di Silalahi Nabolak menggema ke penjuru desa naualu.
Ditengah suasana kemeriahan pesta dari tanggal 23 Nopember 1981 s/d 27
Nopember 1981 di Silalahi Nabolak, pada saat yang sama pengetua/tokoh keturunan
anggidoli Raja Tambun terutama yang bermukim Tambunan Balige bersedih hati
mungkin menangis, dan sekarang mereka kebanyakan sudah menghadap Yang Maha
Kuasa. Sedih dan tangis amanguda kita
keturunan Raja Tambun waktu itu, mungkin hingga saat ini masih berbekas dihati
anak-cucu mereka, adalah disebabkan pengabaian oleh Panitia Peresmian Tugu
terhadap surat yang disampaikan berulangkali oleh penatua Raja Tambun terutama
yang bermukim di Balige yang memohon agar peresmian Tugu ditunda dengan alasan
Tarombo belum “Tota”.
Pelaksanaan waktu peresmian Tugu dengan entah didorong secara otoriter oleh
oknum siapa, berakibat keturunan si Raja Tambun berketetapan tidak memperbolehkan
tulang-belulang si Raja Tambun beserta isterinya Pintaomas boru Manurung dibawa
dari Sibisa untuk dipersatukan dengan Ayahnya dan ke-7 Abangnya terutama dengan
Ibu Pinggan Matio yang menyusuinya ke Tugu megah di Silalahi Nabolak. Keputusan lebih tragis, secara marga
keturunan si Raja Tambun menyatakan tidak ikut serta pada acara pesta peresmian
Tugu tahun 1981 di Silalahi Nabolak, maka sirnalah slogan/ motto “RAP RENTA
GOMPARAN NI RAJA SILAHISABUNGAN”.
Tahun
1964-Undangan Anggidoli Tambunan Embrio Lahirnya Kembali Semangat Kekeluargaan
warga Silahisabungan
Dalam kurun waktu kurang lebih 400 tahun, sejak kepergian si Raja Tambun
dari Silalahi Nabolak ke Sibisa menemui ibundanya siboru Nailing, tidak pernah
lagi kembali ke Silalahi Nabolak dan juga tidak pernah lagi bertemu dengan ke-7
abangnya si Loho (Sihaloho), si Tungkir (Situngkir), si Sondi, si Dabutar, si
Dabariba, si Debang dan si Batu terutama dengan siboru Deang Namora yang sangat
mengasihinya, melindungi dan membelanya hingga kadang menimbulkan iri ke-7
abangnya.
Tanpa diduga setelah beberapa abad berselang pada tahun 1964, pomparan si bungsu si Raja Tambun mengirim
undangan kepada hahadolinya di bona pasogit Silalahi Nabolak untuk menghadiri
acara pesta di Tambunan-Balige. Sudah
barang tentu undangan diterima dengan penuh sukacita dan kerinduan. Raja Samuel Sihaloho (anak Rajaihutan
Sihaloho) manguluhon rombongan dengan empat kapal dari Silalahi-Paropo-Parbaba
lengkap gondang sabangunan dan membawa silua kerbau, eme, boras sipir ni
tondi. Bersamaan pula warga
Silahisabungan dari Tolping dan Pangururan turut datang dengan rombongan kapal.
Dualisme penyambutan oleh pomparan Tambunan Baruara disatu pihak dan Tambunan
Lumban Pea dipihak lain menjadi cikal bakal seteru hubungan si-7 turpuk dengan
warga Silahi Raja Tolping dan Pangururan.
Situasi dilema bagaimana yang dihadapi rombongan hahadoli dari
Silalahi-Paropo-Parbaba, pasti masih ada pomparan Raja Tambun yang dapat
menjelaskannya. Walau terjadi insiden kericuhan di Tambunan-Balige, tetapi
semangat warga Silahisabungan membentuk Panitia Tarombo berkobar dimana-mana,.
Tahun 1967-Musyawarah Besar Pertama Silahisabungan, di Silalahi Nabolak
Pada tanggal 9–12 Desember 1967 musyawarah besar pertama (Mubes Pertama)
Silahisabungan dengan peserta dari Kabupaten Dairi, Karo, Simalungun, Samosir,
Tambunan Balige, Deli Serdang, Langkat, Kodya Medan dan Pematang Siantar. Pada Mubes
ini dibentuk Panitia Pembangunan Tugu dan Tarombo Raja Silahisabungan dengan
Ketua Umum: V.I.Silalahi Rumasingap pada waktu itu Bupati Dairi, Sekretaris Umum:Gr.A.Tambunan
dan Bendahara Umum: St J.Sijabat.
Dalam musyawarah tersebut juga diputuskan Pomparan Raja Silahisabungan
akan:
- Membangun
Makam Tugu Raja Silahisabungan di Silalahi Nabolak dengan motto “Rap
Renta gomparan ni Raja Silahisabungan”
- Membentuk
Panitia Tarombo untuk menyusun “Turasi dan Tarombo”
- Di
daerah-daerah supaya dibentuk Sub-Panitia
Setelah penyelenggaraan Mubes Pertama tahun 1967 ini, Ketua Umum Panitia: V.I. Silalahi Rumasingap
mengutus tim dari Silalahi Nabolak yaitu Raja Dangkit Sihaloho, Panengkat
Situngkir, Pasar Rumasondi, Tampe Raja Sidabutar, Pa Batu Sidabariba, Mardoria
Sidebang, Pa Lina Sigiro saat ini dari
semua utusan ini yang masih hidup hanya
Raja Dangkit Sihaloho menemui hula-hula Raja Silahisabungan marga
Matanari di Balna Sikabeng-kabeng sesuai yang diketahui dan melegenda secara
turun-temurun di Silalahi-Paropo. Dalam
dialog pada pertemuan tersebut, utusan si-7 turpuk mengajukan pertanyaan ”Beha do pinompar Sirajaoloan do hamu ?”,
pihak Matanari diwakili Pistar Matanari menjawab ”Hami sada dohot Sihotang”. Kemudian utusan si-7 turpuk menyatakan
kesimpulan ”Molo songoni do ndang hamu
hula-hula nami!” dan pihak Matanari menjawab ”BA HAMU MA” berdampak petaka perpecahan bagi warga Silahisabungan
hingga saat ini. Apakah karena hasil pertemuan yang tidak ada titik temu
antara utusan si-7 turpuk dengan Matanari, sementara itu Panitia Seksi Tarombo terdesak
waktu menentukan marga hula-hula Raja Silahisabungan, menjadi awal masuknya Padang Batanghari ?
Tahun
1968-Musyawarah Besar Kedua Silahisabungan, di Silalahi Nabolak
Tahun berikutnya pada tanggal 26-28 Agustus 1968 diselenggarakan musyawarah
besar kedua (Mubes Kedua) Silahisabungan di Silalahi Nabolak. Sebelum rapat
diselenggarakan, warga Silahi Raja dari Tolping dan Pangururan memunculkan
tuntutan agar terlebih dahulu ditetapkan Silahi Raja sebagai anak sulung Raja
Silahisabungan dan mengancam kalau tidak diterima akan meninggalkan
sidang. Peserta sidang tercengang karena
pada umumnya mereka mengetahui bahwa anak pertama Raja Silahisabungan adalah
Sihaloho, maka sudah barang tentu usulan tersebut ditolak. Karena penolakan
tersebut rombongan Silahi Raja dari Tolping dan Pangururan meninggalkan sidang. Pada Mubes Kedua ini seorang person Padang
Batanghari menyatakan kepada peserta Mubes bahwa Padang Batanghari masuk marga Pasaribu dan juga
mengisahkan legenda bahwa Paroltep Padang Batanghari lah ayah Pinggan Matio dan
hula-hula Raja Silahisabungan. Pistar
Matanari menyebutkan semua yang didongengkan siperson Padang Batanghari adalah
bersumber darinya pada pertemuan sekitar tahun 1963 sesaat siperson kala itu menjabat
Camat Sumbul Pegagan. Setelah bersidang
selama dua hari dua malam, hasil musyawarah mengenai:
I.
TUGU
- Tugu Omp.Raja
Silahisabungan didirikan di Silalahi-Nabolak dan di Tambunan pada waktu
dan bentuk yang sama
- Makam Omp.
Raja Silahisabungan didirikan di Silalahi-Nabolak serentak dengan tugu
tersebut
- Peletakan
batu pertama dan pelaksanaan Makam/Tugu tersebut diatur dan langsung
dipimpin oleh Panitia Pusat Tugu Tarombo Silahisabungan.
II.
TAROMBO
A.
Isteri Omp.Silahisabungan
1.
Pinggan Matio boru Padang Batanghari
2.
Melengeleng boru Mangarerak
B.
Putera2 Omp.Silahisabungan
1.Sihaloho Raja, 2. Situngkir Raja, 3. Sondi Raja, 4.
Sidabutar Raja, 5. Sidabariba Raja, 6. Sidebang Raja, 7. Batu Raja, 8. Tambun
Raja
C.
Puteri Omp.Silahisabungan ialah Boru Deang Namora
Serta dilakukan perubahan susunan Panitia Pusat Tugu dan Tarombo
Silahisabungan yaitu sebagai Ketua Umum: V.I. Silalahi Rumasingap, Sekretaris
Umum: A.Tambunan, Bendahara Umum: G.M.Silalahi Rumasondi.
Tahun 1969-
Peletakan Batu Pertama Tugu di Maras Silalahi Nabolak
Sebagai kelanjutan Mubes Kedua Silahisabungan, pada hari Sabtu,
tanggal 12 April 1969 dilaksanakan
peletakan batu pertama Tugu Raja Silahisabungan dengan prosesi 1 (satu) batu
besar dengan berat lebih kurang 500 kg diikat dengan 8 (delapan) rotan (sulpi)
kemudian ditarik secara bersama oleh utusan keturunan kedepalan anak Raja
Silahisabungan ke lubang pondasi Tugu yang sudah ditentukan. Pada peletakan batu pertama ini, hula-hula
yang diundang adalah Matanari dari Balna Sikabeng-kabeng. Mengapa Padang
Batanghari tidak diundang, padahal pada Mubes Kedua tahun 1968 sudah ”disepakati” sebagai hula-hula Raja Silahisabungan?. Belakangan ada ungkapan tahayul ”pada acara
peletakan batu pertama semen Matanari
tidak lengket, sementara semen
Padang Batanghari lengket”,
padahal Padang Batanghari sendiri tidak hadir bersamaan waktu dengan
Matanari, bagaimana bisa terjadi?.
Tahun
1974-Peralihan Panitia Pembangunan Tugu dari V.I.Silalahi Rumasingap kepada Op.
Marhulanlan Tambunan dan A.B. Silalahi
Perkembangan pembangunan Tugu sejak peletakan batu pertama tahun 1969 bergerak
lambat dikarenakan tersendatnya dana dan juga karena arsitek pondasi cacat,
sehingga bangunan tiang Tugu miring.
Pada tahun 1974, dilakukan perubahan dan penyerahan kepanitian dari
Ketua Umum V.I.Silalahi Rumasingap kepada Op.Mahulanlan Tambunan sebagai Ketua
Umum dan A.B. Silalahi sebagai Ketua Pelaksana.
Mulai tahun 1976 perkembangan pembangunan Tugu bergerak cepat, Tugu yang
miring dilakukan perbaikan dan perubahan total arsitek dan pada acara peresmian
redesign arsitek inilah Panitia
mengundang Padang Batanghari. Siapa
penebar tahayul, Tugu miring karena tahun 1969 semen Matanari tidak lengket,
kemudian tugu menjadi tegak karena tahun
1976 semen Padang Batanghari lengket ?.
Anehnya ada person kaliber tokoh Silahisabungan turut sebagai penebar dan
percaya tahayul ini !
Tahun 1981-
Kejadian Pelik Menjelang dan Saat Peresmian Tugu.
Tugu megah sudah tampak didepan mata, semangat dan kerinduan berpesta
meresmikan Tugu berkobar, tetapi Tarombo
yang sudah disepakati dan menjadi keputusan Mubes Kedua Silahisabungan pada
tahun 1968, belum juga diterima oleh sebagian
keturunan si Raja Tambun. Dipihak lain V.I.Silalahi
Rumasingap Penasehat Panitia berinisiatif mengundang Matanari hadir di
peresmian Tugu, padahal dia sendiri saat Ketua Umum Panitia yang menandatangani
Surat Keputusan hasil Mubes Kedua Silahisabungan yang menetapkan Padang
Batanghari sebagai marga Pinggan Matio. Dibawah ini kutipan dari sebagian isi
surat, notulen dan dokumen terkait menjelang dan saat peresmian Tugu.
a.
Surat tanggal 23 Juli 1981, yaitu surat dari pengetua si
Raja Tambun, Tambunan Balige ditujukan kepada Panitia Pesta Peresmian
Makam/Tugu Raja Silahisabungan di Medan yang pada intinya meminta sebelum
peresmian Tugu dilaksanakan, agar terlebih dahulu diseminarkan untuk
menyepakati sampai generasi cucu Raja Silahisabungan agar tidak terulang situasi tahun 1964 di Balige dan tahun 1968
di Silalahi Nabolak dimana ada DOSINA (Doloksaribu, Sinurat, Nadapdap) Silalahi
dan ada DOSINA si Raja Tambun.
b.
Surat tanggal 27 Oktober 1981, yaitu surat pengaduan dari
pengetua keturunan si Raja Tambun ditujukan kepada 8 (delapan) instansi
Pemerintah Daerah Sumut, Tarutung dan Dairi yang pada intinya meminta agar
peresmian Tugu dilaksanakan lewat bulan Mei 1982 dan tulang-belulang boru
Nailing boru Narasaon, si Raja Tambun dengan isterinya Pintaomas boru Manurung
dilarang dijamah dan dipindah dari Sibisa ke Silalahi Nabolak.
c.
Notulen rapat tanggal 3 Nopember 1981, V.I.Silalahi
Rumasingap memberi perhatian mengenai perubahan marga hula-hula Raja
Silahisabungan. Panitia mengundang Padang Batanghari dari Kerajaan-Sukarame,
sementara yang dia ketahui dan dia utus temui di tahun 1967 hula-hula Raja
Silahisabungan adalah Matanari dari Balna Sikabeng-Kabeng. Maka pada tanggal 3 Nopember 1981 dirumahnya
di Sidikalang, V.I.Silalahi Rumasingap mengadakan pertemuan dengan Matanari
bersama 7 (tujuh) orang Sihaloho dan Tamperaja Sidabutar. Dalam pertemuan tersebut V.I. Silalahi
Rumasingap berujar kepada Matanari ”Elek-elek nami rap jongjong ma hamu
dipestai”” maksudnya agar Matanari jongjong bersama Padang Batanghari. Suatu inisiatif jalan tengah, tetapi
bertentangan dengan Panitia, apakah sikap dualisme ini yang menyebabkan V.I.Silalahi
Rumasingap selaku mantan Ketua Umum Panitia periode 1967-1974 tidak hadir dan
tidak memperoleh penghargaan dari Panitia Peresmian pada acara peresmian Tugu
tahun 1981, tragis bukan? .
d. Surat tanggal 5 Nopember 1981, yaitu surat
dari Mayjen M.Tambunan saat itu Sekjen Depsos ditujukan kepada Op.Mahulanlan
Tambunan isinya pada intinya mengenai penyampaian sumbangan dana kepada Panitia
Pembangunan Tugu sebesar Rp 8 juta kala itu merupakan jumlah yang cukup besar
serta ungkapan prihatin sekitar simpang siur Tarombo dan kekurang harmonisan
terkait dengan Tugu Raja Silahisabungan dengan ungkapan resah ”Songon
naila do roha, jala bolak bohi molo pola gabe turiturian jala tudosan annon
taringot tu Tugu ni Ompuntai. Sotung ehet-ehet ni halak annon molo adong na
naeng mambaen Tugu didok: ”So tung songon Tugu ni Silahisabungan annon
karejonta on”.
d. Surat tanggal 8 Nopember 1981, yaitu surat
Keputusan Musyawarah gomparan si Raja Tambun dibona pasogit Tambunan Balige
taringot soal Pesta Silahisabungan bulan Nopember 1981 dengan bunyi keputusan ”Sude
gomparan ni si Raja Tambun ndang setuju di Pesta ni Silahisabungan, so jolo
dipatota sude permasalahan na adong di gomparan ni Silahisabungan”
ditanda tangani oleh 26 (dua puluh enam) orang pengetua gomparan si Raja
Tambun. Dengan surat ini pula membuat Op Marhulanlan Tambunan hingga akhir
hayatnya urung ke Silalahi Nabolak meresmikan Tugu yang dengan susah payah dia
menghimpun dukungan dan dana dari keturunan si Raja Tambun untuk penyelesaian
pembangunan Tugu.
e. Surat tanggal 9 Nopember 1981, yaitu surat
ditanda tangani utusan si-7 turpuk, utusan DOSINA dan Ketua Umum Panitia
Peresmian Makam/Tugu Raja Silahisabungan sebagai menjawab surat Keputusan
Musyawarah gomparan si Raja Tambun. Pupuslah harapan tulang belulang siboru
Nailing, si Raja Tambun dan Pintaomas
boru Manurung dapat dipersatukan ke Tugu Silahisabungan di Silalahi Nabolak dan
kehadiran anggi doli Tambunan.
f. Tanggal 23 Nopember 1981 hari pertama
peresmian, untuk memenuhi permohonan V.I.Silalahi Rumasingap selaku Penasehat
Panitia pada pertemuan tanggal 3 Nopember 1981, Matanari secara rombongan datang berpakaian adat Pakpak dan silua
Kambing Putih ke Silalahi Nabolak. Tidak
disangka, Panitia mengusir rombongan Matanari secara hina. Dengan rasa
pilu-menahan amarah mereka pulang berjalan kaki melewati Aek Sipaulak Hosa, Lae
Pondon hingga ke Balna Sikabeng kabeng dan dipelataran dekat pohon Jabi-jabi
Siraja Onggu mereka mengadakan ritual kepada leluhur.
g. Tanggal 24 Nopember 1981 hari kedua
peresmian, Sdr.Saing Sihaloho, MA sewaktu di Jakarta dan di Medan mengetahui
situasi pelik persoalan Tarombo DOSINA berkaitan dengan Tambunan, tetapi tidak
mengetahui dan tidak diberitahu oleh Panitia persoalan marga Pinggan Matio
isteri Raja Silahisabungan apalagi marga Ranimbani isteri Loho Raja. Sesuai urutan acara tertulis yang telah
ditetapkan Panitia, Sdr. Saing Sihaloho,MA dengan penuh percaya kepada Panitia
atau apakah diperdaya, membuka selubung Tugu dan tersingkaplah kain penutup prasasti yang
bertuliskan nama Raja Silahisabungan dengan isterinya dan nama-nama kedelapan
anaknya dengan isterinya serta siboru Deang Namora. Sejak selubung Tugu dibuka oleh Sdr.Saing
Sihaloho,MA maka dengan “resmi” pula seperti
terpahat di prasasti Tugu isteri Raja Silahisabungan Pinggan Matio menjadi
Padang Bataghari dan isteri Loho Raja Ranimbani menjadi Padang Batanghari.
Perubahan marga isteri Raja Silahisabungan Pinggan
Matio menjadi Padang Batanghari dengan dasar hasil Mubes Kedua tahun 1968
adalah urusan bersama keturunan kedelapan anak Raja Silahisabungan. Bila sudah benar
dan sudah mantap Padang Batanghari lah marga Pinggan Matio, tetapi mengapa tahun
1967 utusan si-7 turpuk justru menemui Matanari ke Balna Sikabengkabeng, mengapa
tahun 1969 saat peletakan batu pertama Tugu hula-hula yang diundang Matanari, kemudian mengapa tanggal 3 Nopember 1981
V.I.Silalahi Rumasingap memohon Matanari agar hadir diacara peresmian Tugu
sebagai hula-hula, dan mengapa kedatangan Matanari tanggal 23 Nopember 1981
memenuhi undangan VI Silalahi Rumasingap dan 7 (tujuh) orang Sihaloho serta
Tamperaja Sidabutar diusir Panitia?
Perubahan marga isteri Loho Raja menjadi Padang
Batanghari hanya karena alasan sudah terpahat diprasasti/tertulis di Tugu yang secara
intern Sihaloho ada pro-kontra, janganlah menjadi pembenaran dan alasan
pemaksaan oleh pihak diluar Sihaloho kepada Sihaloho yang berakibat perpecahan
Sihaloho dalam acara pesta bolahan amak tahun 2008 seperti yang sempat dialami
gomparan si Raja Tambun dalam tahun 1981.
.
Tahun 2003-Sihaloho Raja dan Boru Manopot Tulangnya Matanari ke Balna
Sikabeng-kabeng.
Hingga saat ini tidak ada seorangpun keturunan Loho Raja yang menyangkal
bahwa Loho Raja adalah mengawini boru tulangnya dari Balna Sikabeng-kabeng,
Sumbul Pegagan. Marga yang bermukim dan pemilik tanah di Balna Sikabeng-kabeng
adalah keturunan Raja Matanari, bukan
keturunan Padang Batanghari. Sebab dari dahulu kala hingga saat ini tidak
pernah seorangpun manusia yang bermarga Padang Batanghari pernah bermukim
apalagi memiliki tanah di Balna Sikabeng-kabeng (baca dan simak perbandingan
Tarombo Matanari, Sihotang Sigodang Ulu dan Padang Batanghari).
Keberangkatan Sihaloho dan boru mendatangi Tulang Matanari dan berpesta
di Balna Sikabeng-kabeng, bukanlah karena ilham mimpi dan secara tiba-tiba, tetapi
adalah melalui proses panjang dan petunjuk yaitu:
1.
Tahun 1967-kedatangan utusan turpuk dari Silalahi
Nabolak yaitu Raja Dangkit Sihaloho, Panengkat Situngkir, Pasar
Rumasondi, Tampe Raja Sidabutar, Pa Batu Sidabariba, Mardoria Sidebang, Pa Lina Sigiro adalah untuk menemui hula-hula Raja
Silahisabungan marga Matanari di Balna Sikabeng-kabeng sesuai pesan
turun-temurun di Silalahi-Paropo dan tentu yang mereka ketahui pula.
2.
Pada tahun 1969-saat peletakan batu pertama Tugu,
hula-hula Silahisabungan yang diundang adalah Matanari dari Balna
Sikabeng-kabeng, bukan Padang Batanghari dari Kerajaan-Sukarame.
3.
Pada tanggal 3 Nopember 1981-V.I.Silalahi Rumasingap
selaku Penasehat Panitia mengundang Matanari dari Balna Sikabeng-kabeng agar
hadir di peresmian Tugu dan Matanari datang, tetapi diusir oleh Panitia.
4.
Pada tanggal 23 Nopember 1981, kehadiran rombongan Padang
Batanghari disertai perorangan marga Sitakar, Tinendung, Solin, Kabeakan dan
Limbong, untuk keperluan dan hubungan apa dengan Silahisabungan?
5.
Penjelasan dan pengakuan Raja Gading Silalahi Rumasondi
pada tanggal 5 dan tanggal 6 Juni 2003 kepada Sdr.Saing Sihaloho dkk serta
kepada Raja Turpuk saat tonggo raja di Silalahi membenarkan dan mendukung
rencana Sihaloho mendatangi tulang Matanari ke Balna Sikabeng-kabeng.
6.
V.I.Rumasingap Silalahi dalam pertemuannya dengan
Sdr.Saing Sihaloho,MA dkk dalam bulan Mei 2003 menjelaskan, saat dia sebagai Ketua
Umum oleh Seksi Tarombo hanya dilaporkan hasil seminar tahun 1967 dan tahun
1968, tetapi tidak dilaporkan perubahan marga hula-hula Raja Silahisabungan
dari Matanari menjadi Padang Batanghari. Bahkan V.I. Silalahi Rumasingap
menyatakan harapan “asa ditingki
ngolungkon, disesa nadi Tugu i” dan bukti dukungannya pada tanggal 11 Juli
2003 dia hadir di Balna Sikabeng-kabeng langsung dihadapan Tulang Matanari
memberikan pidato “Nangkin hubege
hahadoli Sihaloho mengaku sala, alai sasingtongna hamu Tulang Matanari do
nasala ai ditaon 1967 husuru do utusan sian Silalahi manjumpai hamu, ai hamu do
hula-hula”.
7. Pdt
Abednego Padang Batanghari dengan bahasa emosional mengirim surat bertanggal 23
Agustus 2003 kepada warga Silahisabungan tembusan kepada Pemda Dairi berisikan
legenda dan tarombo marga Padang Batanghari dan beliau dengan tegas menyatakan
Padang Batanghari adalah Suku Pakpak bukan berasal dari Batak Toba, bukan pula keturunan
Saribu Raja atau Limbong Mulana. Alhasil
tulisan beliau ini telak-telak menambah keganjilan sejak tahun 1967 hingga
tahun 1981. Sebab bila berpedoman kepada hitungan gerenasi tarombo Padang
Batanghari yang dibuat Pdt Abednego, maka artinya Opu Raja Silahisabungan
generasi ke-5 dari Siraja Batak mengawini
orang yang belum yang lagi lahir sebab antara Raja Silahisabungan dalam hitungan generasi
berbeda 15 (lima belas) generasi dengan Pinggan Matio bila Padang Batanghari.
Sama
halnya pada tahun 1968 saat musyawarah besar kedua Silahisabungan mengenai pernyataan
Padang Batanghari masuk Pasaribu, pada tahun 1981 peresmian Tugu hubungan apa
Silahisabungan dengan perorangan marga Sitakar, Tinendung, Solin, Kabeakan dan Limbong bersama Padang
Batanghari dari Kerajaan-Sukarame, ini semua mungkin tidak disadari saling bertolak
belakang dan rancu mengaitkan Padang Batanghari sebagai marga Pinggan Matio
isteri Raja Silahisabungan apalagi Ranimbani isteri Loho Raja.
Apakah semua
petunjuk diatas kita sangkal dan abaikan, dengan dalih yang sudah tertulis di
Tugu sudah mutlak benar ?
Marga Hula-Hula Raja Silahisabungan “Marga KESEPAKATAN atau Marga Yang BENAR”?
Pada pertemuan perwakilan si-7 turpuk keturunan Raja Silahisabungan bulan
September 2008 di Restoran Handayani-Jakarta, Sdr.Jend. (Purn) Haposan Silalahi Rumasingap menjelaskan
situasi kekalutan menjelang peresmian Tugu tahun 1981 seputar masalah Tarombo
DOSINA dengan gomparan si Raja Tambun dan juga masalah marga isteri Raja
Silahisabungan. Dia mengaku semata-mata
bertujuan baik yaitu agar melalui peresmian Tugu Raja Silahisabungan, Desa
Silalahi-Paropo akan menjadi daerah tujuan wisata dan perekonomian setempat
maju, maka dia menyatakan kepada Panitia “Laksanakan peresmian, masalah tarombo nanti kemudian
dibicarakan” keamanan saya yang jamin. Keputusan sepihak
peresmian Tugu ditahun 1981, berbalas sikap keturunan si Raja Tambun melarang
tulang-tulang siboru Nailing, si Raja Tambun dan Pintaomas boru Manurung dibawa
ke Tugu di Silalahi dan memboikot tidak menghadiri pesta. Tercapaikah tujuan
mulia pembangunan Tugu untuk persatuan keturunan Raja Silahisabun?
Sdr.Jend. (Purn) Haposan Silalahi Rumasingap pada pertemuan tersebut juga
menyatakan prinsip ”Lebih Baik Mempertahankan KESEPAKATAN Demi Persatuan, Daripada
Menegakkan KEBENARAN Yang Berakibat Perpecahan” artinya lebih
baik mempertahankan Padang Batanghari marga Kesepakatan daripada Matanari marga Yang Benar. Berarti marga
Sihaloho baik yang pro dan kontra diperhadapkan dan dipaksa harus menerima Padang
Batanghari sebagai hula-hula Loho Raja.
Sebab bilapun seluruh Sihaloho bersatu menyatakan isteri Loho Raja
adalah Matanari, tetapi Sdr.Jend. (Purn) Haposan Silalahi Rumasingap cs menyatakan
keberatan dan menentang. Lho koq diluar Sihaloho bersikeras menentukan marga
isteri Loho Raja, kepentingan apa diluar Sihaloho menentukan marga ibu Sihaloho?
Bagi sebagian Sihaloho menyatakan tidak akan pernah tunduk atas pernyataan
tersebut. Alhasil, tahun 2008 Sihaloho
terpecah menjadi 2 (dua) versi yaitu versi yang mempertahankan ”Kesepakatan”
dan versi menegakkan ”Kebenaran”. Tercapaikah tujuan mulia pembangunan Tugu
untuk persatuan keturunan Raja Silahisabungan?
Pemaksaan marga isteri Loho Raja oleh diluar Sihaloho dan ungkapan seorang
tokoh Silahisabungan di tahun 2003 di pelataran Tugu di Silalahi Nabolak
sewaktu bolahan amak Sidabutar Raja “Langkahi dulu mayat saya, bila ada yang mau mengganti yang tertulis di
Tugu ini”, apakah
dia pahlawan bagi Sihaloho atau melecehkan Sihaloho?
Dalam tahun 2008 seyogiyanya sesuai aturan dan urutan
adalah giliran turpuk Sihaloho Raja selaku bolahan amak tercabik-cabik
perpecahan yang turut diperkeruh oleh penatua/tokoh Silahisabungan yang
memfasilitasi pembentukan dualisme Panitia Bolahan Amak dan pertemuan 5 Oktober
2008 di Silalahi Nabolak dengan keputusan seperti dalam dokumen copy terlampir.
Bila sampai keturunan anak sulung Loho
Raja dan bungsu Raja Tambun menarik diri, masihkah relevan motto “Rap Renta
Gomparan Ni Raja Silahisabungan” ?
Jangan Tuduhkan
Perpecahan Karena Ulah Seseorang dan Persatuan Dengan Ukuran Seseorang!
Kepergian utusan tokoh si-7 turpuk dari Silalahi Nabolak tahun 1967 menemui
Matanari ke Balna Sikabeng-kabeng, dukungan dan pembenaran Raja Gading Silalahi
Rumasondi bahwa hula-hula Silahisabungan adalah Matanari dari Balna
Sikabeng-kabeng, kehadiran V.I.Silalahi
Rumasingap diacara Sihaloho mendatangi marga Matanari ke Balna Sikabeng-kabeng
tanggal 11 Juli 2003, serta kedatangan sekitar 500 orang rombongan Matanari ke
Silalahi Nabolak tanggal 29 Nopember 2008 lengkap berpakaian kebesaran Pakpak,
membawa silua Lembu, beras, nitak, tipa-tipa, ayam maratur dan ayam hidup. Koq semua peristiwa ini ada yang menebar
tuduhan karena ulah seseorang atau antek-anteknya. Perkataan tersebut merendahkan sikap bijak
dan kesahajaan beliau-beliau pendahulu kita yang disebut diatas dan mendangkalkan
persoalan dan ketidak mau tauan.
Pihak yang berpegang marga kesepakatan Padang Batanghari untuk Persatuan
serta berdalih bahkan memaksakan Matanari masuk Sihotang-Siraja Oloan, jawabnya
hubungi Sdr. Ir.Jawaller Matanari-Dosen Senior Tetap Unika Medan dan Sdr. Antony Matanari di Jakarta atau dapat diakses di
Internet search di Google, ketik Pinggan Matio Matanari, kemudian pilih Pakpak
Online disana ada bagan tarombo dan banyak penjelasan tertulis rinci bahkan
terdapat penjelasan rupanya ada hubungan khusus Matanari dengan Rumasondi dan
Pintubatu hingga saat ini. Maka relevan
ungkapan M.Djos Matanari-Ketua marga Matanari berdomisili di Kutagugung-Sumbul
Pegagan pada acara menggohon-gohoni berenya Sihaloho di Silalahi tanggal 29 Nopember
2008 menyatakan ”Mengapa diluar kami
Matanari yang membuat Tarombo kami? Kami yang punya marga, kamilah yang tau
asal usul dan tarombo kami”
Pada bulan Juli 2009 kami pengurus
Punguan Sihaloho Raja dan Boru Sejabodetabek menerima tembusan surat dari
Punguan Situngkir Raja dan Boruna Se-Jabodetabek dengan kesimpulan antara lain ”Punguan Situngkir Raja dan Boruna
Sejabodetabek untuk sementara on, ndang pasidohot di bolahan amak Pesta Luhutan
Bolon taon 2009 di Tugu ni Ompunta Raja Silahisabungan”, persatuan semakin
jauh !. Maka agar kejadian perpecahan yang dialami keturunan Raja Tambun pada
tahun 1981 dan keturunan Loho Raja dalam tahun 2008 tidak dialami oleh
anggidoli turpuk Tungkir Raja dan turpuk anggidoli lainnya, untuk itu
disampaikan:
1.
Kiranya pengurus Badan Pengembangan dan Pemeliharaan
Makam dan Tugu Raja Silahisabungan beserta semua yang kami sebutkan dengan
tujuan surat ini, mengkoordinasikan penyelenggaraan Mubes ke-3 Silahisabungan
dengan menghadirkan Matanari dan Padang Batanghari serta pemuka Pakpak yang
paham mengenai asal-usul dan tarombo marga-marga Pakpak .
2.
Perlu dilakukan pelurusan fungsi dan peran Raja Turpuk
sesuai martabat dan tradisi yang dikehendaki moyang kita ”hata badia/ toman/ panutan”, sementara itu dalam kaitan dengan dinamisasi
pembangunan sosial-ekonomi dan pemerintahan Silalahi Nabolak, silahkan dibentuk
lembaga yang peran dan fungsinya terpisah dari peran dan fungsi Raja Turpuk,
walaupun personelnya boleh saja orang yang sama.
3.
Jangan biarkan keturunan si Raja Tambun melupakan
Silalahi Nabolak karena Tugu seperti si Raja Tambun melupakan Silalahi Nabolak
sejak kepergiannya ke Sibisa dan hal sama jangan biarkan kepada marga lainnya.
Horas ma jala gabe sai diparbisuhi Debata ma hita saluhutna.
Punguan
Sihaloho Raja dohot Boruna Se-Jabodetabek
Ketua Umum Sekretaris Umum Pembina,
Ttd ttd ttd
Maralus Sihaloho,SE,MM Daniel P. Sihaloho, SH B. Sihaloho
Op. Mindo A.Bungaran Op. Partahi
Beserta
penandatangan berikut:
No
|
Goar
|
Tanda Tangan
|
|
1
|
M.T.Sihaloho
(Op.Dimas)
|
1.
|
2.
|
2
|
Drs.P.Sihaloho
(A.Riko)
|
||
3
|
R.Sihaloho
(A.Juli)
|
3
|
4
|
4
|
B.Sihaloho
(A.Roma)
|
||
5
|
M.Sihaloho
(A.Helena)
|
5
|
6
|
6
|
St.W.Sihaloho
(A.Santa)
|
||
7
|
St.S.Sihaloho
(Op.Ceria)
|
7
|
8
|
8
|
St.B.Sihaloho
(A.Gospel)
|
||
9
|
J.Sihaloho,SE
(Candra)
|
9
|
10
|
10
|
K.Sihaloho
(A.Carlos)
|
||
11
|
Hongli
Sihaloho (A.Jusuf)
|
11
|
12
|
12
|
K.Sihaloho
(A.David)
|
||
13
|
J.Sihaloho
(A.Boy)
|
13
|
14
|
14
|
W.Sihaloho (A.Wandi)
|
||
15
|
M.Sihaloho
(Op.Jose)
|
15
|
16
|
16
|
AP.Haloho
(A.Christina)
|
||
17
|
B.Sihaloho
(A.Fernando)
|
17
|
18
|
18
|
M.Sihaloho
(A.Cory)
|
||
19
|
H.Sihaloho
(A.Nova)
|
19
|
20
|
20
|
R.Sihaloho
(A.Riris)
|
||
21
|
Jonnedi
Haloho (A.William)
|
21
|
22
|
22
|
Tumpal
Sihaloho (A.Rodo)
|
||
23
|
Maringan
Sihaloho (Op.Madison)
|
23
|
24
|
24
|
Togu
Sihaloho (A.Ponti)
|
||
25
|
Jhon
Haloho (A.Halomoan)
|
25
|
26
|
26
|
Bilson
Manihuruk
|
||
27
|
A.Ardi
Napitupulu
|
27
|
28
|
28
|
A.Sihaloho
(A.Renny)
|
||
29
|
Ap.Bernard
Haloho
|
29
|
30
|
30
|
N.Sihaloho
(A.Petrus)
|
||
31
|
S.Sihaloho
(A.Evi)
|
31
|
32
|
32
|
M.H.Sihaloho
(Op.Parasian)
|
||
33
|
Lapis
Sihaloho (A.Rafliska)
|
|
|
34
|
Djausin
Sihaloho (A.Susan)
|
||
35
|
Chrismes
Sihaloho (A.Morado)
|
|
|
36
|
W.Sihaloho
(A.Mariel)
|
||
37
|
Jondirman
Sihaloho (A.Mirna)
|
|
|
38
|
M.Sihaloho
(A.Agus)
|
||
39
|
Rico
Sihaloho (A.Rey)
|
|
|
40
|
Sardol
Sihaloho
|
||
41
|
Semon Sihaloho (A.Rekson)
|
|
|
42
|
Raja
Sihaloho (A.Gembira)
|
||
43
|
Simon
Sihaloho (A.Melintan)
|
|
|
|
|
Slots Provider Review ᐈ Betfair - Dr.MCD
ReplyDeleteA company licensed by the 충주 출장마사지 Malta Gaming Authority, Betfair offers casino 안양 출장샵 games for their customers. All Casino Games 공주 출장안마 are Licensed by 삼척 출장안마 the Malta Gaming Authority. 파주 출장안마